Weekly post

  • Andai Death Note Itu Ada

    Terkadang aku suka berpikir mungkin akan menyenangkan jika death note benar – benar ada di kehidupan nyata, apalagi jika akulah pemiliknya. Aku bisa membunuh siapa saja yang tak kusukai dengan cara yang sangat mudah. Cukup menuliskan nama orang itu serta menuliskan kronologis kematian yang aku inginkan, maka shinigami akan muncul dan membunuh orang tersebut persis seperti apa yang aku inginkan. Atau jika aku malas menuliskan kronologis kematiannya, aku cukup menuliskan namanya saja maka orang itu akan mati karena serangan jantung. Gampang bukan? Dengan demikian aku bisa membunuh orang – orang yang tak berguna seperti koruptor misalnya, atau para muda – mudi yang setiap hari isinya cuman galau di sosmed. Koar sana, koar sini gak ada juntrungnya. Biar aja spesies manusia yang kayak gitu mati ga ada manfaatnya buat bangsa dan negara sih. Eh, tapi kalo gitu aku juga harus mati donk? Pan aku suka ngegalau juga, kadang – kadang si ga sering. Karena program yang gak jadi – jadi bikin aku frustasi. Hahaha.

    Hm, tapi di pikir – pikir ngeri juga kalo semisal aku punya death note. Kalau di anime orang yang punya death note itu bakal mati di bunuh shinigami. Lalu arwahnya gentayangan, gak masuk surga gak masuk neraka. Arwahnya bimbang gitu, gundah, galau dan merana. Eeaakk! Lagi pula ngebunuh itu dosa, hal yang dibenci Allah. Tapi lain halnya jika yang dibunuh itu perasaan, mungkin itu gak dosa. Iyakan ya gak dosa ya? Ah, iyain aja deh.

    Andai saja death note itu bisa membunuh selain makhluk hidup yang namanya manusia, perasaan misalnya. Aku mau tuh pake death note buat ngebunuh perasaan aku sendiri. Daam death note itu akan ku tulis begini, “ Hatiku mati rasa pada Mr. X. “ Ya, Mr. X sebut saja begitu. Dia, alasan dibalik semua yang aku rasakan. Cinta dan sayang yang entah mengapa justru memberikan luka yang aku sendiri tak tau apa penyebabnya. Mungkin karena rasa ini rasa yang salah? Atau akulah yang sebenarnya bersalah memiliki rasa ini? (Nah loh muter - muter kaya kaya bianglala). Hm, embuhlah.

    Hati harusnya dititipka pada Allah sang pemilik hati. Biar Dia yang nantinya menitipkan hati kita pada orang yang tepat, yang mampu menjaga hati kita. Ya, harusnya seperti itu. Dua orang yang terpisah, jika memang jodoh Allah pasti akan mempertemukan keduanya dengan caraNya yang mengaggumkan bukan? Nah loh, mulai ngaco yang ceritanya. (Eh, tapikan aku emang suka ngaco kalo cerita).

    Balik lagi ke death note, sebenernya aku ngekhayal gini nih karena rasa kagumku pada L. Gak tau L? Itu loh salah satu tokoh anime di death note. Detektif yang jeniusnya gak ketulungan itu. Yang cueknya minta ampun, ngeselin tapi ngangenin. Jangan tanya kenapa aku bisa kangen sama tokoh anime itu, entahlah akupun ga tau pokoknya waktu L mati aku sedih gitu. Rasanya ada yang kurang dari komik death note yang aku baca. Berkhayal death note ada, berkhayal L juga ada di dunia nyata. Ya kali aja gitu abis nulis ginian aku nemuin sosok L di kehidupan nyata. Hahaha.
  • Sadarlah! Dia Hanya Masa Lalu

    Beberapa bulan yang lalu aku sempat bilang bahwa aku berhasil melupakan seseorang yang (pernah) istimewa di hatiku, menganggap dia hanya masa lalu yang tak lagi penting di hidupku saat ini. Tapi pada kenyataannya " Jarak memang bukan pelerai kenangan, karena sejatinya tak ada jarak antara ingatanmu dan kenanganmu. " Kata Om Edi Akiles yang aku setujui.

    Sebut saja Rifal, setelah beberapa bulan ini ingatan tentangnya tak lagi muncul di pikiranku, sosoknya justru hadir dalam bunga tidurku. Ya, semalam aku memimpikannya (lagi). Mimpi itu seperti nyata, dia mengajakku jalan - jalan ke keliling kota Purwokerto dengan mobil sedan merah kesayangannya. " Mau nonton Insidious 3? " Tanyanya ketika kita sampai di depan bioskop Rajawali. " Terserah. " Jawabku bingung, " Eh, tapi takut ah. " Lajutku. Rifal tersenyum dengan enteng dia menjawab " Kan ada aku. "

    Sial! Dalam hati aku mengumpat, menyesali kenyataan karena semua itu hanyalah mimpi. Aku tersenyum, mata itu kembali meneteskan air oleh sebab orang yang sama. Dengan kejadian ini aku sadar bahwa pada kenyataannya (mungkin) dia memang benar - benar istimewa untukku. Aku mencintainya dan ketika ada orang lain hadir dalam kehidupanku bayangan tentangnya kembali lagi dalam pikiranku. Aku tak mengerti mengapa begini, mengapa seolah - olah dia tak rela jika posisinya dihatiku tergantikan oleh orang lain. Atau yang sebenarnya terjadi adalah aku yang tak pernah menginginkan orang lain untuk menggantikan posisinya?

    Azka Rifal, aku mencintaimu sejak kau menyematkan rindu di hatiku.  Sepuluh tahun, HEBAT! Kau membuatku memendam rasa selama itu. Mungkin benar apa yang dikatakan bang Fiersa Besari " Hidup ini mudah, manusianya yang rumit. Kita memendam perasaan karena terlalu takut menerima penolakan. " Ya, aku takut kau menolak perasaanku. Sebenarnya si tak apa jika itu terjadi hanya saja aku takut bila kejujuranku membuat kita semakin jauh. Aku tak ingin hal buruk terjadi dan merusak persahabatan kita. Meski pada akhirnya persahabatan kita hancur juga. Tapi aku sedikit lega, karena penyebanya bukanlah perasaan cintaku itu. Jika tau akhirnya begini, mungkin lebih baik dulu aku mengungkapkan perasaanku padamu ya? Mungkin saja kau memiliki rasa yang sama denganku dan dengan begitu mungkin juga saat ini kita masih menjalin persahabatan atau mungkin juga saat ini kita menjadi sepasang kekasih? Hahaha. Aku bercanda.

    " Jika kita tak mengingkinkan seseorang pergi, maka berikan alasan agar dia tetap tinggal. " Rifal, aku sempat menyesal karena aku tak pernah memberi alasan agar kau tetap tinggal. Tapi penyesalan itu tiada artinya sekarang. 



     " Adakalanya kita perlu tahu, bahwa beberapa mimpi hanya perlu menjadi mimpi. " Seperti mimpiku, untuk terus bersamamu.. Tapi kini aku harus sadar kau punya kehidupan baru, akupun begitu. Masing - masing dari kita memiliki jalan hidupnya sendiri. Jujur menurutku tak baik jika kita seperti ini, meninggalkan yang lama karena  hal baru. Tapi jika ini yang kau mau, maka akupun harus begitu. Aku tak bisa memaksakan kau untuk tetap tinggal. Setiap orang punya hak untuk memilih dan jika kau memutuskan untuk hanya sekedar singgah dalam kehidupanku tentu aku harus bisa mereakanmu.

    " Move on bukan berarti kita harus melupakan masa lalu, " bagiku move on berarti aku harus sadar bahwa apa yang terjadi di masa lalu tak bisa kita perbaiki karena waktu tak bisa kita ulang. Masa lalu itu tempat aku belajar untuk memperbaiki diriku hari ini demi masa depan. Karena seperti yang aku katakan tadi, masa lalu tak bisa kita perbaiki, tetapi masa depan masih bisa kita rubah.

  • Sebuah Perjalanan (Sikunir. Dieng, Wonosobo)

    Om Edi Akhiles say " Orang yang banyak tahu dunia akan lebih selow dalam mengarungi keanekaragaman hidup ini karena selalu sadar bahwa ia hanyalah manusia bukan Tuhan. " Karena kata - inilah tekatku ke sikunir begitu besar. Walau kakak yang (mungkin) terlalu khawatir pada adeknya ini ngga ngebolehin aku untuk berangkat ke sana. Purwokerto - Wonosobo itu cukup jauh 4jam menggunakan motor, mungkin itulah alasan mengapa aku tak boleh kesana. Tapi aku punya jurus ampuh, " Masa dede harus kaya lalat dalam toples kaca. " Ujarku pada kakak, mengcopy kata - kata Om Edi Akhiles dalam bukunya yang berjudul ' CEO Koplak ' dan setelah berdepat cukup panjang akhirnya aku di bolehin pergi ke sana. He, jadi intinya trimakasih Om Edi secara gak langsung Om udah bantu aku ngasih alasan buat bisa pergi ke sikunir. 

    Rabu, 13 Mei 2015 tepatnya pukul  16.37 WIB Mas Dhika menjemputku dan hal pertama yang dikatakan oleh Mas Dhika padaku adalah " Lah tasnya gede temen An?
    Damn!!! Apa yang aku perkirakan benar terjadi. Malam sebelum berangkat ke sikunir aku udah ngira pasti temen - temen bakal komen, protes atau ngeledekin aku karena tas yang gede ini.
    " Iya kiyelah, tapi isine setitik kok. Kur tase tok sing gede. " Jawabku santai. 


    Sekitar pukul 17.00 WIB aku dan Mas Dhika sampai di Taman Satria, disana udah ada Mas Ipul, Mas Tri juga Mba Yulita. Ya, seperti reaksi Mas Dhika, Mba Yulita tertawa dan bertanya tentang tasku yang besar itu dan aku cuman bisa cengar - cengir kaya kuda. Hampir setengah jam kami menunggu kawan yang lain (Citra,  Amin, Dewi, Mba Widi, Mas Angga, Mas Radit) dan setelah kumpul barulah kamiyang berangkat ke Sikunir, kami pilih lewat Purbalingga, karena Mas Yogi sudah menunggu kita di pombensin Purbalingga.Dan selepas maghrib barulah kita melanjutkan perjalanan kami lagi.

    Sekitar pukul 21.30 WIB kami baru sampai di home stay. Rasa lelah, lapar dan kantuk ternyata tak membuat kami cepat tertidur, buktinya mata kami masih mendelo sangat lebar. Kami kumpulan anak (calon) programer (somplak) seperti biasa masih saja cekakak - cekikik, guyon sampai larut malam. Dalam hati aku berandai. Jika saja Mas Chrisma dan Candra ikut pasti akan lebih rame jadinya. Mas Chrisma yang khas dengan kata ' Merwul-nya ' dan Candra anak yang doyan kentut sembarangan dan suka ngomong pake kosakata baru (baca aneh) yang bikin kami tercengang. Semoga dilain waktu, jika kita kumpul sama - sama lagi, bersama mereka berdua dan teman - teman yang lain tentunya. Pukul 00.00 WIB lewat beberapa dari kami telah terjaga, termasuk aku salah satunya.

    Di sepertiga malam, seperti di rumah aku bangun tanpa di alaram. " Ayok bangun, jere arep manjat!!! " Dan,,, gak ada yang bangun. " Uwis jam loro loh! " dan akhirnya satu persaatu dari mereka bangun. Mas Radit bak ibu rumah tangga, setelah semalam sebelum tidur dia memasak ayam goreng untuk kami dan mencuci semua gerabah bekas makan malam, diapun memasakan mie rebus untuk kami pagi itu. Oh Mas Radit, kesuwun banget yah, aku ora bakal kelalen karo jasamu kue. Hahahhah 

    Dinginnya Dieng tak sedingin cintamu. Entah mengapa kalimat itu terpikirkan olehku. Yeah, saat dirumah aku memang berdo'a berharap agar bisa menemukan ide untuk menulis kata - kata seperti fiksi mini atau puisi atau ya apa sajalah. Terlebih ada seseorang yang memintaku untuk menuliskan kata - kata dengan  bahasa yang estetis untuknya. Tapi... Kuso!!! Bukannya sesuatu yang indah, malah ide untuk menulis galau yang muncul. 

    Hari itu, Kamis 14 Mei 2015 Dieng benar - benar dingin, aku sampai mengenakan dua jaket tebal dan dua celana panjang tebal agar badanku tak kedinginan. Sepanjang perjalanan kami ngobrol gak jelas, ketawa - ketiwi kaya kuntilanak. Mas Yogi dan Mas Dika sempet ketinggalan di jauh di belakang. Aku dan yang lain berhenti sejenak menunggu mereka berdua sambil melepas lelah. 

    Sekitar pukul empat kami sampai di puncak, dan betapa terkejutnya aku ternyata sudah banyak orang disana. Seperti kami mereka juga ingin melihat sunrise dari puncak Sikunir. Suara yang bukan sekedar iklan surga itupun berkumandang. Beberapa orang langsung melaksanakan perintah Allah SWT, mereka shalat subuh berjama'ah. Sayang aku yang berhalangan tak bisa ikut berjama'ah bersama mereka.

    Lelah dan rasa letih kami akhirnya terbayarkan ketika kami melihat titik mega jingga merekah, bak selendang - selendang yang meliuk indah di langit.


    Senyum, itulah ekspresi kebahagiaanku. Aku  bersyukur karena Allah telah memberikanku kesempatan untuk hidup dan melihat ciptaanNya yang luar biasa mengagumkan. Dan hal ini membuatku mengerti bahwa  bahagia itu sederhana mensyukuri setiap nikmat yang telah Tuhan berikan untukku, sekecil apapun itu. Kau tau mengapa? Karena jika hal kecil saja tak bisa kau syukuri, lalu bagaimana Tuhan akan memberikanmu nikmat yang bersar?




    Bang Fiersa Besari pernah berkata " Bukan tentang memuaskan ego, tapi tentang menemukan jati diri. Bukan tentang memamerkan kekuatkan, tapi tentang mengakui kelemahan. Bukan tentang menambah pengalaman, tapi tentang mengurangi kesombongan.

    Karena kakimu bisa kau taruh di tempat tertinggi, tapi apakah hatimu bisa kau taruh di tempat terendah? "
    Aku sadar bahwa aku hanyalah manusia biasa yang punya banyak keluputan. Sedikit kesombongan masih ada di dalam hatiku, tetapi kini aku takkan membiarkan kesombongan itu untuk tetap tinggal di sana.


    Kami turun saat hari sudah mulai cerah, tempat selanjutnya adalah candi. Ya, kami mau melihat candi arjuna. Saat itu di sana sangat ramai, anak - anak smp dan sma dari luar kota melakukan study tour disana. Candi itu  menarik, menganggumkan sayangnya aku tak bisa meperlihatkan foto - fotonya di blogku ini. Karena semua fotonya ada di kameranya citra dan ia belum mempostingkannya ke medsos.






    Citra dan Dewi mereka tak libur kerja, karena itulah mereka pamit pulang ke Purwokerto duluan. Tadinya kami semua berniat untuk pulang bersama - sama, tapi kata bos Angga biarlah yang lain menikmati liburan, sedang ia dan Mas Radit mengantar Citra dan Dewi pulang ke Purwokerto. Kata bos Angga " Geh, eman - eman. Wis gutul ngeneh masa kur ndeleng sunrise tok. Akeh wisata neng kene, sing urung ndeleng kon pada deleng sit. " Maka, tinggalah kami berdelapan jalan - jalan di kota Dieng ini.

    Siang selepas dzuhur barulah kami berkemas - kemas. Dalam perjalanan pulang tanganku memegang kencang jaket yang di pakai Mas Dika kau tau kenapa? Karena aku ingin memejamkan mata. Entah mengapa jika kaca helm kututup bawaannya pengen merem dan ngalamun. " An, jangan tidur loh. Mbok jatuh. Aku lagi ga bisa crita seoalnya kudu fokus mbok nabrak. " Suara Mas Dika membuyarkan lamunanku, semua khayalanku hilang seketika.Tak jadilah aku menguntai kata untuk temanku itu.

    Sekitar pukul setengah empat sore aku sampai di rumah dengan selamat. Ibu menyambutku dengan salam dan senyumnya yang khas. " Gimana di sana? Kedinginan Gak? Seneng gak?  " Sederet pertanyaan tanpa jeda yang aku yakin akan ditanyakan pula oleh abah dan mamas jika mereka bertemu denganku. " Ya gitu, gak kedinginanlah kan dede pake jaket dobel, celana panjang dobel juga. Ya seneng bu. Besok - besok dede boleh ya naik gunung? " Ibu hanya diam, sepertinya masih banyak yang ia pertimbangkan.

                                                                                       ***
    " Dinginnya Dieng Tak Sedingin Cintamu. " Mungkin aku akan menulis cerpen dengan judul itu, atau mungkin tidak. Mas Iqbal sodaraku selalu ngecengin aku kalau aku menulis yang galau - galau. " Jembret!!! Jere arep ora nulis galau maning. " Begitulah katanya. " Mending kiye bae judule ' Jembret Menunggu Senja. ' Kue apik. " Kan, kan  ngeselinnya dia kumat kan. Awas saja jika aku ke Jogja nanti tak akan lagi kubawakan makanan, biarlah ia menjadi anak kos yang malang.




  • Cinta Itu Bikin Bodoh

    Someone say to me " Cinta bukan alasan untuk bertindak bodoh, " damn apa yang dikatakannya benar - benar membuatku merasa tersindir, karena kurasa aku sudah terlalu banyak melakukan hal - hal bodoh karena cinta. Hm, sebenarnya akupun tak tau apakah ini cinta atau hanya sekedar rasa kagum saja, yang pasti karena perasaan inilah aku sering bertindak yang menurut pikiranku si ini bodoh, konyol.
    Logika dan perasaan aku heran mengapa mereka lebih sering berbenturan. Jika aku bisa mengendalikan semuanya aku ingin logika dan perasaan bisa berjalan seiring. Mungkin karena keduanya berasaal dari tempat yang berbeda jadi begitu sulit rasanya aku menyatukan keduanya.Hm, entahlah.
    Rindu, tak ada yang salah dengan perasaan itu bukan? Namun bagaimana jika rasa rindu itu ada setiap hari dan ditujukan untuk seseorang yang belum pernah kutemui sama sekali. Nah, disitulah logikaku berkata bahwa hal itu salah. Ya walau bisa dibilang benar jika saja orang itu merupakan publik figur atau cendekiawan, atau siapa sajalah yang bisa dijadikan panutan. Namun pada kenyataannya orang yang aku rindui itu bukanlah siapa - siapa (saat ini) , seperti halnya aku dia hanya orang biasa yang mempunyai segudang impian untuk menjadi luar biasa. Aku mengenalnya dari sosial media, temanku mengenalkanku padanya. Sekali dua kali dia menelponku bercerita tentang banyak hal, dia juga suka bercanda disela - sela pembicaraan kita yang serius. Aku yang pada dasarnya memang suka bercanda tentulah sering dibuatnya tertawa terpingkal - pingkal. Tak jarang akupun sering kesal karenanya, dan bukannya minta maaf dia justru ketawa ketika aku merasa kesal, ngambek ataupun bete. Dan sialnya, tawa itulah yang membuatku selalu merindukannya.Ya, tawa yang terdengar renyah dan bersahabat ditelingaku. Kau tau? Pulsaku habis hanya untuk menelponnya. Ya, awalnya memang dia yang sering menelponku atau memintaku untuk menelponnya, makin kesini tanpa diminta aku yang sering menelponnya. Kurasa tawanya benar - benar telah meracuniku, memberikan efek rindu yang semakin lama ditahan semakin menggerogoti hatiku.
    Dan disinilah logika berkata padaku, " Kamu benar - benar bodoh!! " ya, aku mengakuinya. Aku belum peranah bertemu dengannya sebelumnya, akupun tak tahu bagaimana sifat aslinya, bagaimana sikapnya terhadap orang lain dan akupun belum tau baik buruknya tak seharusnya aku begini, merasakan rindu dan merasakan perasaan aneh yang mungkin itu cinta.
    Logika selalu menegaskan pada diriku untuk segera mengucapkan selamat tinggal padanya, tapi hati tak pernah menginginkan itu terjadi. Aku pernah mencoba untuk tidak membalas pesan darinya, ya untuk beberapa hari logika berhasil membuatku menjauh darinya namun di hari berikutnya? Tetap hatilah pemenangnya, aku yang terbiasa mengabari dan dikabari olehnya kembali menulis pesan singkat untuknya. Pesan singkat yang menggambarkan betapa aku sungguh merindukannya. Hari ini, masih sama seperti kemarin dan hari - hari sebelumnya, aku begitu merindukannya. Tapi, kali ini aku ingin logika menjadi pemenang selamnya. Aku bertekat untuk tidak menghubunginya lagi sampai perasaan aneh ini benar - benar hilang dari hatiku.
    " Dek, hpmu bunyi itu! " Triak ibuku dari ruang keluarga.
    Dan betapa terkejutnya aku, ternyata satu pesan dari dia, Mau telpon?  tanpa pikir panjang kutekan tombol hijau itu, ya aku menelponnya. Hati, lagi - lagi kaulah pemenangnya. DAMN!!!

  • Mengesampingkan Cinta

    Kali ini aku mau cerita tentang kisah hidup aku, lebih tepatnya tentang apa yang aku rasain. Sebelumnya aku gak pernah posting tulisan yang menggambarkan suasana hati aku sendiri kalo toh ada, pasti sebagian dari ceritaku itu hasil khayalan. Biasanya si kalo tulisan beginian cuman aku tulis di kertas lalu setelah selesai menulis aku sobek - sobek kertasnya. Yeah, menulis bagiku salah satu cara untuk mengungkapkan apa yang gak bisa aku ungkapkan lewat mulut.

    Jadi adik dari seorang kakak yang bagiku " membanggakan " adalah suatu kebahagiaan, kebanggan dan juga merupakan suatu beban tersendiri untukku. Bahagia dan bangga, siapa yang gak bangga punya kakak yang (menurutku) pinter, cakep (yang ini rada ogah mengakuinya, tapi begitulah kata teman - temanku), bertanggungjawab, sayang sama keluarga dan yah, masih banyak hal lain yang aku banggakan dari dia meski banyak hal juga yang terkadang (baca sering) membuatku kesal padanya. Mamas yang lulus dengan ipk di atas 3 dan tak lama hanya berjarak satu bulan setelah gelar Sarjana Komputer disandangnya, dia mendapatkan pekerjaan yang alhamdulillah cukup baik, tentulah sudah membuat abah dan ibuku bangga. Mamas juga orang yang gigih dan semangat, dia selalu berusaha keras untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dulu waktu mamas masih kuliah, ya awal kuliah mamas tuh keliatan masih suka main - main, tapi semenjak masuk semester akhir dia keliatan banget seriusnya. Dan disitulah aku baru ngerti kalo mamas ternyata sempet kerja freelance buat nambah uang sakunya. Mamas emang jarang minta uang saku (ga kaya aku yang minta uang saku mulu) kalo toh dia dapet uang saku pasti di tabung buat beli sepatu atau tas atau barang apalah (ga kaya aku yang uang sakunya abis buat jajan yang ga ada hasilnya, alias ga nambah berat badanku). Oh ya, aku inget banget senyum Almarhum Mbah Kakung dari abah waktu hadir diacara widudanya mamas. Menurutku itu senyum kebanggaan. Mamas beruntung karena saat dia wisuda mbah masih ada, (sekarang udah ga punya embah lagi, udah meninggal semua) jadi pastilah bisa bikin mbah tersenyum bangga itu jadi suatu kebahagiaan tersendiri.

    Beban. Seharusnya hal ini tak membuatku merasa terbebani, tapi kenyataannya itulah yang aku rasakan. Ada beban tersendiri yang terkadang bahkan sering mengganggu pikiranku. Mamas menjadi tolak ukurku, aku harus bisa seperti dia, membanggakan orangtua dan saudaraku. Terlebih lagi harapan kedua orangtuaku padaku. Abah, beliau mengharapkan aku bisa lanjut S2 bahkan selalu berkata padaku kamu harus S2 harus jadi dosen katanya. Entahlah aku ngga ngerti kedepannya mau bagaimana, sebagian diriku berkata bahwa aku sanggup untuk mewujudkan keinginan abah itu tapi di bagian lainnya aku merasa sedikit ragu. Lebih tepatnya aku merasa takut, takut apabila yang aku rencanakan tak sesuai dengan yang terjadi. Aku percaya bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini, juga pada keajaiban. Yah, keajaiban yang pasti akan datang jika kita berusaha, berdo'a dan berikhtiar untuk mencapai apa yang kita cita - citakan. Oh ya, ngomong - ngomong soal beban aku tau aku salah jika aku merasa terbebani akan ini, harusnya aku menjadikan ini semua sebagai motivasi agar aku terus melakukan yang terbaik. Kadang aku berpikir jika aku merasa terbebani pastilah mamas juga begitu, bahkan mungkin beban yang dirasakannya lebih besar (dan kulihat memang lebih besar) dari pada aku. Sebagai anak pertama dan cucu pertama dari orang tua abahku tentulah mamas harus bisa jadi contoh yang baik untuk adek - adeknya. Dan aku senang karena selama ini aku melihat mamas membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi contoh baik untuk adeknya. Beban lain mamas adalah menyekolahkanku. Jika aku lulus nanti dan mendapatkan gelar sarjana, abah berharap mamas bisa bantu membiayayi kuliah S2ku (kan tuh beban mamas banyak) dan jika tidak ya aku cari kerja dulu baru kuliah lagi, atau kerja sambil kuliah. Entahlah besok akan seperti apa.

    Cita - cita, harapan dan impian adalah hal yang selama ini terus aku pikirkan. Aku sadar betul bahwa memikirkannya saja tentu tidak akan merubah apapun. Selain berdo'a tentu aku harus berusaha untuk mewujudkannya, berjuang untuk meraih semua itu. Selama ini otakku terus memikirkan hal bagaimana caranya agar aku bisa membuat keluargaku bangga akan aku. Aku merasa selama hampir dua puluh tahun aku hidup di dunia ini belum pernah sekalipun aku membuat bangga orang - orang yang aku sayang, keluargaku. Aku yang sampai sekarang masih saja menyusahkan, jujur aku membenci diriku yang seperti ini. Aku membenci diriku yang belum bisa memberikan apapun untuk mereka. Bahkan wujud kasih sayang juga tak bisa aku berikan. Jangan tanya seberapa besar rasa sayngku pada keluarga, tentulah aku sangat menyayangi mereka. Tapi entah mengapa aku tak pernah bisa untuk menunjukkannya. Aku anak yang cuek, anak yang mungkin benar - benar kelewat cueknya. Tak seperti mamas yang mencium pipi abah dan ibu kalau mau pergi jauh, aku tak bisa melakukannya. Bahkan jika abah atau ibu yang menciumku terlebih dahulu aku sering berkata " udah ah. " Kalian tau gengsi? Ya, mungkin aku terlalu banyak gengsi. (Ku harap perlahan aku bisa membuang rasa gengsiku itu).  Karena itulah aku berharap agar aku segera bisa membuat bangga kedua orangtuaku.

    Aku sadar bahwa aku bukanlah remaja lagi, usia dua puluh taun jelas menunjukkan bahwa kini aku berada dalam masa tumbuh menjadi dewasa. Dewasa bukan berarti hanya usia yang berubah, tetapi juga pemikiran. Teman - temanku sering bertanya padaku, " Kamu target nikah umur berapa? " dan tak seperti temanku yang bisa menjawab dengan pasti dua puluh empat, dua puluh enam dan yah macem - macem jawabannya dan yang pasti mereka punya target gak kaya aku yang cuman bisa jawab " Entah, yang pasti sebelum tiga puluh. Entah juga, aku ga punya target gituan. " Jujur aku tak pernah punya target untuk menikah di usia berapa. Bukan karena aku tidak memikirkannya, tentu aku juga memikirkan akan hal itu tapi rasanya ada hal lain yang harus diutamakan terlebih dahulu. Ya itu tadi, membanggakan orang tua.

    Dua tahun yang lalu, aku inget betul kejadian malem itu saat dimana aku sama Edo sahabatku baru pulang dari asramanya Kiki. Kiki yang waktu itu menawarkan diri buat ngebantu Edo ngebungkus kado buat pacarnya (yang kini jadi mantan) membuat Edo harus dateng ke kosan Kiki buat ambil kadonya itu. Dan yah, sebagai sahabat yang baik (jahat si aku mah) tentulah aku bersedia menemani Edo mengambil kadonya itu. Di jalan entah mengapa pembicaran aku sama Edo jadi rada serius, awalnya si seperti biasa kita selalu gila, cerita tentang hal konyol yang tentunya bikin kita ketawa lalu tiba - tiba Edo ngasih pertanyaan yag menohok bagiku. " Apa kamu gak pengen punya pacar si na? " Jleb, pertanyaan itu membuatku merasa seperti ditujuk beribu jarum. Aku hanya tersenyum, malah aku tertawa. Bukannya jawab pertanyaan Edo aku malah bilang padanya bahwa banyak hal yang belum aku bisa aku raih. Edo memang pintar, dengan pertanyaan barunya, " Apa gak bisa berjalan seiring? " yang membuatku mati kutu.

    Cita dan cinta, aku setuju bahwa keduanya bisa berjalan beriringan (bagi sebagian orang) tapi mungkin tidak bagi diriku. Aku tak mencintai siapapun lagi pula (mungkin) tak ada yang mencintaiku. Menurutku jika kita ingin dicintai maka kita harus mencintai terlebih dahulu. Dan aku ga punya cinta untuk siapapun (kecuali keluarga tentunya, dan sahabat.. Dan lagi, tak ada cinta lebih kepada sahabat selain cinta tulus persahabatan. Ga ada kata pacar - pacaran dengan sahabat pokoknya) bahkan kepada diriku sendiri, (di awalkan sudah aku bilang aku benci diriku yang menyebalkan) mungkin cinta itu ga ada. (Mulai sekarang aku harus mencintai diriku sendiri dengan cara melakukan yang terbaik untuk semua hal yang aku sukai). Pernah aku mencintai seseorang, dia teman kecilku. Kata orang cinta itu hanya cinta monyet, tapi aku rasa itu bukan cinta monyet. Cinta yang bertahan sejak kelas lima sd hingga aku sma, masih pantaskah disebut dengan cinta monyet? Kalian tau, dulu mengingatnya saja sudah membuatku merasa bahagia. Ya, mengingat bagaimana dulu kita menghabiskan waktu bersama, belajar dan bermain bersama. Sejak smp aku gak pernah lagi ketemu sama dia, kalo liat pernah (itupun dari jauh) entah apa yang terjadi hubunganku dengannya tak membaik sejak kelas delapan. Sejak aku tau dia pacaran sama temen sekelasku. Entah kenapa perlahan aku menjauh, mungkin aku tak ingin terluka. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu yang pasti aku tak mau berharap lebih padanya. Dan sialnya, jauh darinya malah semakin membuatku rindu dan tak bisa melupakannya. Bak mata - mata, aku adalah stalker yang handal. Aku terus ngestalking facebook, twitter dan yah menanyakannya pada sahabatku yang juga sahabatnya. Hal itu aku lakuin selama hampir tujuh tahun, hebatkan? Oh ya, setiap kali aku ngrasa suka sama orang tau kagum itu ga pernah yang namanya bertahan lama karena pastilah aku teringat akan dia, teman kecilku. Inilah kenapa aku bilang kalo cinta ini ga pantes bila dianggap sebagai ' Cinta Monyet. '

    Banyak air mata timbang senyumnya, banyak galaunya timbang bahagianya kalo aku terus mikirin dia. Aku sadar dan ngerti bahwa itu bukanlah hal yang baik untukku. Aku hidup dimasa sekarang untuk merubah masa depan dan bukan untuk memperbaiki masa lalu, karena itulah aku memutuskan untuk melupakannya dan bersikap biasa aja sama dia. Ini bukan perkara mudah untukku, menghapus seseorang yang berarti dalam ingatan tentulah sulit. Sebelum lulus SMA aku pernah berdo'a minta sama Allah kalau memang dia bukan yang terbaik buat aku, kalau aku emang harus ngelupain dia maka hilangkanlah perasaan aku untuknya dan jika jodohku itu dia maka sabarkanlah aku. Dan teng teng dengan do'a itu perlahan aku bener - bener bisa merasa biasa aja sama dia. Aku kontekan lagi sama dia baru - baru ini dan perasaanku ke dia ga kaya dulu, sekarang kalo chatingan sama dia biasa aja, ga ada rasa apapun. Kalau toh aku masih mengingatnya, semua hanya karena aku ngrasa kangen sama dia sebagai sahabat, sebagai teman kecil yang selalu nyubit tangan aku, yang suka rebutan penghapus waktu kita sd dulu. Udah gitu aja.

    Dan sekarang, hm.. Aku bener - bener ga mikirin yang namanya cinta - cintaan (oke munafik jika aku bilang gini) lebih tepatnya aku mengkesampingkan urusan itu. Ada memang orang yang kini membuatku merasakan cinta (atau mungkin aku paksakan mencintainya?) atau entahlah perasaan apa ini namanya tetapi dia bisa membuatku selalu menunggu kabar darinya, tapi yaa cinta boleh asal logika juga dipake. Cinta harus pake logika dan logikaku berkata bahwa aku tak boleh mencintainya, jadi saat ini aku berusaha untuk menghapus perasaan yang entah apa ini. Lagi pula seperti yang aku katakan tadi ada hal yang harus lebih aku utamakan, membahagiakan orang tua. Aabah yang setiap pagi mencium kengingku dan sering memelukku saat aku tidur (pura - pura ga tau, padahal si belum lelap tidurnya) dan ibu juga yang sering mengusap kepalaku lalu mencium keningku (lagi - lagi aku pura - pura ngga ngerti) serta mamas yang selalu ngomelin aku demi kebaikanku,juga sodara dan sahabat - sahabatku aku harus bisa membuat mereka bangga. Aku harus membuat mereka bahagia. Aku belum bisa mengeseimbangkan antara cita dan cinta, aku tau kelemahanku. Jika sedikit saja perasaanku terluka maka akan mengganggu pikiranku, membuatku lebih sering marah - marah gak jelas, serta membuat aku  tidur terus - terusan. Karena itulah aku mengesampingkan cinta dan memilih cita terlebih dahulu. Aku ingin apa yang aku rencanakan untuk mencapai citaku berjalan sesuai dengan harapanku dan aku tak ingin cinta itu merusaknya.

    Dan, yah inilah curhatan pertama yang aku postingkan.

  • Di Ujung Persimpangan

    Menyayangimu adalah suatu kesalahan bagiku, karena aku tak bisa untuk tetap tinggal namun akupun juga tak bisa benar - benar pergi. Kau yang membuatku terluka dan kau pulalah yang menyembuhkan luka itu. Kau menumbuhkan cinta dan benci diwaktu yang bersamaan. Kehilanganmu adalah hal yang paling aku takutkan, namun bersamamu menumbuhkan luka yang kian hari kian menyayat hatiku. Cinta, haruskah kau begini?

    ***tet tot***
    #Note Gaje :D
  • Mengenang Mereka (El Sinth Forinthsky)

        SMA adalah masa yang paling menyenangkan, banyak orang yang setuju akan itu, begitu juga denganku. Aku ga cuman dapetin temen tetapi juga sahabat, keluarga dan orang tua. Disini aku mau cerita tentang  mereka keluargaku “ El Sinth Forinthsky . “ Dua tahun kita sama – sama dan banyak hal yang gak mungkin bisa aku lupain, termasuk tentang kebiasaan mereka semua. (Intinya mah tentang mereka gitu)
    Hm,, yuk mulai mengenang mereka satu – satu :D
    1.    Amanda Septy Pratiwi, dia sering di panggil bunda dan aku ga ngerti kenapa begitu. Karena nomor absen aku setelah dia, jadi aku selalu sebelahan sama dia kalo pelajaran TIK di leb atau pas pelajaran bahasa inggris di leb bahasa. Aku sering ngerecokin dia, entah itu minjem kamus atau minjem bolepen atau pensil atau penghapus. Ah, pokoknya selalu ada aja yang aku pinjem ke dia. Karena apa? “ Kalo ga ada yang ketinggalan itu bukan Analis namanya :D “ (Maaf ya bunda, aku sering ngerepotin hehe)
    2.    Anton Tri Wibowo, huh aku kesel sama kamu -_- (bercanda, eh beneran eh? Bercanda dink) ini anak satu mukanya sangar, tapi aslinya baik kok (kadang – kadang). Kalo diliat dari kacamata Analis, dia si sangar biar keliatan cool aja gitu di depan adek kelas,, secarakan dia tu anak pramuka Pradana pula. Eh tapi aslinya?? Dia somplak,, suka ketawa ga jelas gitu. :p Yah, itulah yang aku inget dari kamu.
    3.    Aprilia Wahyuningsih sering di panggil coci itu singkatan dari condong city,, dia tuh anak condong. Aku ngga ngerti condong itu dimana, tapi aku pura – pura ngerti aja biar dia seneng. Soalnya dia paling ga suka kalo desanya itu dibilang mblesek wk. Lia suka nyanyi – nyanyi lagu cherrybelle yang beautiful itu. Dan dia suka ganti lirik jadi “ aku cantik – cantik dari hati ku. “ -_- PD banget tu bocah ya.., :3
    4.    Astri Nur Lyta, dia sahabat aku awalnya si aku ngga deket banget sama dia ya namanya orang ya tak kenal maka tak sayang. Dulu aku ga sayang sama dia dan sampe sekarangpun aku tetep ga sayang sama dia. :p (Bercanda, aku sayang kok sama kamu.. Kasih permen dulu tapi yak wk). Dia tu kadang ngeselin, pokoknya ngeselin banget dan ga bisa aku ungkapin betapa ngeselinnya dia, :p Tapi dia baik, baik banget juga. Dia yang sering ngajarin aku kimia, matematika dia juga yang sering bikin aku ketawa soalnya dia suka telat kalo ketawa. -_- Kita juga selalu berangkat dan pulang sekolah sama – sama. Rasanya aku pengen ngulangin itu lagi.
    5.    Athifah Nur Istiqomah, julukkannya dia  litle princess (tapi cuman dia aja yang ngakuinnya, yang lain si ogah manggil dia litle princess). Aku sering manggil dia pigy – pigy soalnya dia tuh suka banget sama babi. Aku ngga ngerti dimana letak lucunya babi itu sampe dia fanatik banget sama si babi. Semua – semuanya babi, pensil, pulpen, buku, semuanya gambar babi. Dan di rumahnya dia punya banyak banget barang – barang yang gambar dan bentuknya babi semua. Dia ini centil (centil menurut aku) dan karena tingkah centilnya ini justru yang bikin aku ga bisa lupa sama dia.
    6.    Bayu Prasetyo, dia adalah ketua osis (lebih tepatnya mantan ketua osis) yang paling gesrek otaknya, paling sarap dan intinya paling ga waras yang pernah aku kenal. Ngeselinnya minta ampun, gara – gara dia aku di panggil awul (manusia serigala yang pas itu lagi rame dibicarain gara – gara makan kambing di beberapa desa di  banyumas). Kalo sama dia aku ga pernah yang namanya bisa akur (eh, pernah dink. Pas kita lagi serius bahas cerita karena aku sama dia sama – sama suka nulis waktu itu) kita selalu bully – bullyan dan aku selalu panggil dia patung pancoran atau yang lebih parah ayam cemani (soalnya dia item :p). Oh ya, btw trimakasih atas novelnya itu novel komedi yang bener – bener koplak dan bikin aku ngakak. (lain kali aku mau dikasi novel lagi :D lebih tepatnya minta lagi)
    7.    Denada Kartika Sari Dewi, (busyetdah panjang bener nama sahabatku yang stau ini) -_- Aku sekelas sama dia dari kelas X dan di kelas XI sampe XII kita duduk semeja.  Aku yakin si dena pasti bosen sekelas terus sama aku. Huhu. Tapi si aku yakin, kalo sekarang kamu pasti kangen banget sama aku (PD banget aku yak) secara ga ada kan yang nyerewetin kamu kaya aku? Yang selalu marah – marah kalo kamu ga makan, kamu ga minum obat dan kamu ga chek up ke dokter. -_- Yang aku inget dari dena itu hm,,,?? Gampang sakit, sering pinsan, suka pesimis (yang ini tolong di ilangin), ciwek, ceria, nyenengin dan loyal. :D dan lagi, kita sering nyanyi – nyanyi bareng ga jelas kan? Andai saja kita bisa ketemu lagi, kita ulang itu semua yaaa. (Andai Bali - Purwokerto itu deket...)
    8.    Diyah Restu Pamuji, hay kau apa kabar? (Mari kita mbolang lagi.. wk) Diyah dulu kita sering jalan – jalan bareng kan? Kamu nemenin aku ngeliat – liat buku di gramedia dan aku nemenin kamu liat – liat dvd korea. Kita juga sering jalan – jalan ke sualayan (dilarang sebut merek, eh tapi tadi aku nyebut gramedia ya?) hm, ke Moro cuman buat beli jajan. Ya, kita doyan banget jajan kalo ke Moro hal yang pertama kita beli itu makanan ringan, abis itu kita beli ice cream lalu kita beli makan(ini kalo ada uang). Pokoknya kalo main sama diyah aku jadi jajan banyak tapi aku ga gemuk – gemuk. hal yang ga bisa aku lupa dari diyah iyu? Hm, itu pas pelajaran :D Diyah selalu susah ngeliat kalo duduk di belakang maklumlah matanya itu rada – rada ga beres kaya mataku. Hehe :D
    9.    Eka Irtiyah, anak yang satu ini fanatik anget sama hal – hal yang berbau korea apalagi suju sama exo dan percaya atau engga aku ga apal sama tu muka – muka member suju sama exo, padahal dia sering banget ngasi tau aku dan aku sering nanya juga ke dia. Eka, aku seneng sama ketawamu, kepolosanmu yang kadang bikin getet tapi juga bikin aku ketawa. Pokoknya kamu lucu, udah gitu aja titik.
    10.    Erik Purwasih atau yang biasa disebut mamih. :D Aku inget banget dulu pas drama dia itu berperan sebagai mamih gaul, mamih nyeleneh dan mamih sombong :p maka dari itu dia di panggil mamih. Mih, inget gak, kita dulu tuh ngurus mading sampe gempor. Yeah, bela – belain pulang jam lima sore tiap hari rabu cuman buat ngurus mading. Dan, bagiku si itu menyenangkan. :D Kalo menurut mamih si aku ga ngerti hehe :D
    11.    Fitriyani Dyah Wahyuningtias, aku ga ngerti harus bilang apa tentang dia. Kita emang jarang sama – sama si ya? Hehe.. Tapi aku selalu inget ekspresi mukamu pas lagi kesel, lagi bete atau lagi marah, juga pas lagi ketawa si. Hm, inget lagi kamu di bilang kaya bocah cilik juga ya? (kalo ga salah si, wk) Inget juga kalo kamu suka debat sama astri pas pelajaran matematika wk. (kalo pas ngitung sin cos sin cos ga jelas yang ternyata hasil kalian beda) wk
    12.    Ina Restiani, kamu yang paling doyan baca ceritaku. Dan kamu pula yang tiap kali nanya nalis ada cerita baru gak? Hehe.. kita juga sering buat fiksi mini sama – sama kan? :D Hal yang ga bisa aku lupa dari kamu itu suaramu, ya suaramu yang suka dibuat – buat kaya abak kecil, atau kamu emang masih kaya anak kecil :p satu lagi, kamu yang kalo lagi jalan sama siapapun ga bisa yang namanya gak gandeng tangan orang yang lagi jalan bareng kamu. :D
    13.    Ines Audina, dewasa. Itu yang ada di pikiran aku tiap kali aku ngeliat dia ( walau nyatanya kamu juga sering kaya anak kecil :p) Ines pinter bahasa inggris, aku seneng sama cara bicaranya. Hal yang ga bisa aku lupa dari mba ines itu??? Ketenangannya, ya mukanya keliatan tenang walau sebenernya mungkin dia ga lagi tenang. Wkwk juga adeknya. Adeknya yang cowo itu lucu, nyenengin kalo diliat. (pernah ketemu sama adeknya sekali pas itu :D )
    14.    Iva Hesti Retnaningsih satu hal yang paling aku inget dari dia itu dia suka banget sama sepongebob juga hermione. Dan kalo aku bilang spongebob kuning – kuning ga apik pasti dia langsung jengkel dan triak triak bilang “ NALIS LOOH!! “ Mba iva orangnya lucu, ada hal – hal konyol yang sering dia lakuin yang bikin aku ketawa ngakak. (Entah karena emang lucu atau akunya yang gamopang banget ketawa).
    15.    Jeva Pramuwijaya Sakti (namanya fitnah banget dia ga sakti, *LOL*) sumpah sampe sekarang aku ga bakal bisa ngelupain dia yang sering manggil aku aul (ngikut – ngikut bayu) dan manggil aku kapas (ngikut – ngikut inu). Sama kaya aku saama bayu, aku sama dia juga ga pernah akur. Secara dia itu satu komplotan sama bayu :3 Oh ya, aku inget banget juga sama omongannya yang bikin aku kesel. Dia bilang gini “ Analis koe ra usah guyulah, nyong melas kambi koe mbokan nek pas koe lagi guyu ujung – ujung liyane ilang. “ (Analis kamu ga usah ketawalah, aku kasian sama kamu siapa tau pas kamu lagi ketawa yang lain hilang). Nah, dia bilang gini karena aku pake kacamata dan aku sipit, kataya kalo ketawa aku merem – merem nanti ditinggal. -_- (sumpah ya, dia ga mandang banget, padahal matanya itu lebih sipit dari aku, :p ) aku sering manggil dia itu chibbi marukochan, diakan putih tuh nah kalo ketawa pipinya merah kaya itu chibbi marukochan :D
    16.    Kiki Fitriyani, biasa di panggil nduuuttttt. Dia sahabatku yang cerewetnya ga ketulungan. Anak wadonnya abah sama ibuku (-_-) Hal yang ga bisa aku lupa dari dia? Ya, cerewetnya itu. Manjanya, ciweknya, nyebelinnya, ekspresifnya dia  dan semua – semuanya tentang dia. Kiki paling seneng diperhatiin kalau dia sedih atau galau pasti dia minta peluk. Kiki termasuk orang yang nyenengin juga, banyak hal mengejutkan dari dia. Kaya jailangkung “ datang tak di undang pulang tak diantar “ dia sering tiba – tiba udah ada di depan rumahku.  Oh ya, aku nginep dirumahnya sama astri dan kalian tau? Dia itu bobona guling kanan , guling kiri ga bisa diem -_- :p
    17.    Laksana Githa Niagara, dia paling benci di panggil Githa (Sepertinya) tapi panggilan yang lucu buat dia. Laksana ketua kelas yang rada sedikit waras walau sebenernya samalah ga warasnya kayak Anton, Bayu sama Jeva  (maklum cowo di ipa 3 cuman 4 biji, jadi gila satu gila semua). Hal yang ga bisa aku lupa dari laksana itu ketawanya, dia kalo ketawa mulutnya mangap lebar banget. Sampe – sampe harimau mengaum aja kalah lebarnya (oke yang ini gua bo’ong).
    18.    Levi Ludiawati satu hal yang ga pernah bisa aku lupa drai dia itu senyumnya. Dia tuh murah senyum banget, sampe – sampe kadang dia bikin aku bingung. Kita lagi diskusi serius dia cengengesan. (--“)(“--) dan lagi, saat dia nangispun dia tetep tersenyum. Aku inget banget waktu itu dia keluar dari ruang bp, entah apa masalahnya dia nangis di kelas dan bikin kita semua kebingungan. Kalo di tanya dia selalu jawab “ aku ga papa “ sambil nangis dan tetep senyum. Beberapa bulan setelah kejadian itu, kita semua baru tau kalau dia kena penyakit (dan itu yang buat dia nangis) tapi untunglah saat ini penyakitnya udah di angkat oleh Allah SWT dan dia udah sembuh total 
    19.    Lina Mulyati, anak yang pendiem banget , banget. Jujur nih ya, aku suka bingung kalo di deket dia tuh harus ngomong apa. Yang pasti kita semua kalo liat dia senyum atau ketawa kita pasti bakal bilang “ ciye lina senyum, ciye lina ketawa. “ :D Lina anak MP pada tau MP kan? Kalo ga tau berarti kalian kudet :p Oh ya, lina punya kembaran dan kembarannya itu cowo.
    20.    Lutvi Mulyani, namanya hampir mirip sama Lina kan? Dan kita sering ketuker – tuker kalo nyebutin nama mereka. Dia sering di panggil Upi, pipinya lumayan cubbi, suaranya kecil, lucu kaya anak – anak. Dan aku paling ga bisa lupa sama suaranya pas manggil namaku “ Analis “ huruf s nya tuh kerasa beda gitu di telingaku. Hehe :D
    21.    Mutikah Sari, anak paling kalem yang aku kenal. Senyumnya manis tapi tatapannya bisa sinis lho wk. Aku sering bilang sama dia, “ kamu kalo jadi artis itu cocok banget buat peran antagonis lho. “ Dan dia ketawa lalu bilang “ analis loh. “ Aku seneng kalo ngeliat dia, bawaannya adem aja gitu ga tau kenapa. Oh ya satu lagi, dia ini termasuk anak sok kenal yang pernah aku tau. (Sok kenala sama aku aja maksudnya). Peratama kali aku masuk kelas XI IPA 3 dia maggil namaku, padahal aku sama sekali ga ngerti dia dan kenal dia, karena pas itu kita belum kenalan (aku terkenal ya, wk, *bo’ong lagi). Ternyata dia ini temen sekalasnya Titik pas kelas X yang bukan lain adalah temen lesku waktu smp. Dia pernah liat aku ngobrol sama Titik jadi dia ngerti aku. Gitu. 
    22.    Nur Salimah, apa ya? Hm,, dia anak MP, suaranya keras lantang juga. Aku ga bisa lupa sama tingkahnya di kelas yang juga ga bisa aku jelasin kaya apa. Tapi ya, sama kaya temen – temen yang lain, aku ga pernah bisa lupa akan kamu juga kok. ;)
    23.    Pipit Arofiah, dia bisa manggil aku Mba Nalis atau Mba Ana. Padahal si aku sama dia kayaknya tuaan dia deh. Aku mungkin aku keliatan lebih dewasa dari dia? (Itu tipu banget, aku kaya anak kecil dan dia dewasa banget) Kita sering kelompokan kalo bahasa inggris, karena kita duduknya seriing depan belakang, ya kan? Dia juga sering cerita tentang kisah cintanya, cieeh. :D (biasalah anmanya cewe pasti sering cerita tentang hal seperti itukan? :D ) Dan aku paling inget sama tarianmu waktu pelajaran apresiasi seni :D
    24.    Puspita Indah, kalo inget dia aku pasti inget sama yang namanya lengger. Dia itu pinter nari, bisa dibilang lengger? :/ ya bisa jadi, bisa jadi wkwk. Dan kalo liat dia nari tu rasanya aku iri, yeah iri. Bayangkan, ibuku sarjana tari, guru tari dan aku ga bisa nari. Astaga, malu – maluin kan? Ibarat buah jatoh dari pohonnya, nah aku? Hm, mungkin buah jatoh kebawa diambil kampret trus di jatohin jadi jauh banget dari pohonya haha. :D
    25.    Qurota Ayun Al-azhar,tiga tauh kita sekelas coy :D  Tiap kali aku inget dia aku langsung inget sama artis korea “ Kai “ itu loh anggota EXO. Dia itu punya banyak banget foto-foto Kai, gak cuman itu, dia juga koleksi majalah sm kalender exo. Aku sempet ternganga pas masuk ke kamarnya, kaget bukan main banyak banget poster-poster kai. Oh ya, satu lagi aku inget banget waktu dia stand up comedy pas mapel seni budaya, sumpah lo lucu Yun. :D
    26.    Rakhmawati Nurul Fadilah, aku manggil dia mba Nurul, orangnya tegas banget – banget. Dia pinter dan dia yang selalu sabar ngajarin aku fisika. :D Dia juga suka nulis puisi, dan tulisannya itu puitis banget, mungkin karena dia terlalu ngefens sama Khairil Anwar. Hm, yang ga bisa aku lupa dari Nurul? Sikap tomboynya itu :D
    27.    Risky Lusiana, inegt dia aku langsung inget sama Mas Aris guru les matematika kita. Dulu aku sering cie-ciein dia sama Mas Aris. Mar Aris tu orangnya kalem dan grogian dan tiap kali dia ngajar kita Risky selalu natep Mas Aris dengan penuh cinta (aku bo’ong) makannya aku cie – ciein deh :D
    28.    Silvia Agustin, kita sekelas dari kelas X sampe kelas XII dan selama itu, selama aku kenal dia, aku rasa dia itu cerewet (semua temenku crewet kayaknya). Hal yang ga bisa aku lupa dari dia itu ketawanya, kalo dia ketawa tuh gimana gitu. Pokoknya aku ga bisa lupa ekspresinya pas ketawa. Suara ketawanya itu selalu teriang di telingaku wkwk.
    29.    Siti Nur Laila Mahmudah, aku inget banget dia itu paling ga suka di panggil Siti, maunya di panggil Lela. :D dia jago gambar, gambarnya bagus lho. Nah dia juga pengurus mading kaya aku, kita sering berlelah – lelah bersama.
    30.    Tri Nuraeni, mba wel begitulah aku memanggilnya :D Katanya waktu smp tu dia di panggil Tri Well sama gurunya, jadi ya udah aku panggil aja dia mba Wel :D Sama Mutikah, sm Risky dulu kita perah ke Perpus bareng :D Dan setelah lulus sma kita juga masi sering smsan kan :D sayangnya hpku kini mati dan aku ga punya nomormu lagi 
    31.    Yuniarti Wahyuningsih, Mba yun mari kita bernostalgia. Ingatkah dengan lirik lagu ini “ Sluku – sluku batok, batoke ela – elo. Kakinya bertanduk hewan apa namanya? “ ini lirik lagu dodol yang kiki nyanyiin, yang bikin kita semua ngakak. Aku yang sadar kalo kiki salah nyanyiin langsung bilang dia dodol :D Inget mba yun, aku jadi inget pelajaran olahraga. Setiap abis olahraga Mba Yun selalu duduk di bawah kipas angin, ngadem ngilangin kringet :D Aku juga inget Mba  Yun yang suka nyanyi – nyanyi dangdut. :D

    Nah, itulah mereka ke-31 temenku di El Sinth Forinthsky. Aku seneng bisa jadi salah satu bagian dari mereka semua, bersama mereka selama dua tahun itu rasanya menyenangkan juga. Kita sama – sama belajar, main dan sama – sama berjuang. Tiap kali ada lomba antar kelas, kelas kita selalu kompak kan? Buktinya kita selalu dapet juara. :D Mulai dari kebersihan kelas, mozaik, mading, sinopsis, empat pilar kebangsaan, dan masih banyak lagi juara – juara yang kita raih sama – sama. Yakan? Aku ga tau harus ngomong apalagi, ini udah malem udah jam 22.22 WIB aku ngantuk banget jadi kalo gitu sampe disini aja yah. Pokoknya mah, kalian semua ga pernah bisa ilang dari ingatanku.
  • Copyright © - Nisekoi - All Right Reserved

    Yang Berarti Untukku Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan